.rbbox{-moz-box-shadow: inset 0 0 20px #f10c0c; -webkit-box-shadow: inset 0 0 20px #f10c0c; box-shadow: inset 0 0 20px #f10c0c; .rbbox:hover{background-color:#000000);}
Adsense Indonesia

Sabtu, 29 September 2012

Siapkah Menikah dalam Kesadaran Penuh...?


Menikah bukan hanya tentang kemewahan pesta yang hanya berlangsung beberapa jam. Pesta atau segala ritual adat yang mengiringi pengucapan janji pernikahan (ijab kabul) merupakan pintu gerbang atau garis start dari perjalanan yang sesungguhnya. Ini benar. Tapi seringkali tidak disadari atau malah dikesampingkan
Orang cenderung sibuk dan fokus menyiapkan segala pernak pernik pesta. Pendanaan, catering, gedung, baju pengantin, rias wajah/paes, atau bahkan perjalanan bulan madu. Lalu apa yang akan terjadi setelah perjaanan bulan madu selesai, saat harus kembali membanting tulang untuk makan hari itu, atau tinggal dimana setelah hari-H dan seterusnya dan seterusnya. Ataukah yang anda bayangkan dalam kehidupan pernikahan adalah layaknya kisah Cinderella atau putri tidur yang happilly ever after? Come on guys… anda harus berpikir ulang jika masih berada dalam kerangka pemikiran seperti itu. Anda tahu kenapa cerita-cerita pengantar tidur itu diakhiri pada saat mereka menikah? Menurut saya tidak manis jika harus menceritakan mereka meributkan kemana harus berbulan madu, atau masakan putri tidur yang keasinan…hehehe benar kan? ;) 

Wake up guys… Ini lah alasan saya menanyakan apakah anda siap untuk menikah dengan kesadaran penuh. Beberapa hal yang saya tulis ini merupakan fakta yang saya sempat alami sendiri serta berdasarkan cerita beberapa teman.
Apakah anda berharap si dia akan berubah setelah menikah atau mengucapakan janji pernikahan? Faktanya adalah orang yang anda nikahi adalah orang yang sama yang akan tidur di samping anda sepanjang usia pernikahan. Orang ini tidak berubah layaknya pahlawan bertopeng dalam cerita kartun. Intinya pernikahan tidak memungkinkan anda merubah pasangan dengan tekanan atau omelan atau hanya karena status baru anda sebagai istri atau suami. Perubahan yang anda inginkan tetap harus dimulai dari perubahan anda sendiri.
Apakah anda tidak suka dengan salah satu atau semua anggota keluarga calon pasangan? Hallooooo….. anda harus menyadari calon pasangan kita dijual per paket (hehehe ;) ). Lagi-lagi kita harus menyadari tidak bias memilih ingredient dari pasangan kita, hehehe seperti snack dalam kemasan, tidak bisa memilih bahan-bahan yang terkandung di dalamnya. Begitu juga dengan pasangan kita, anda harus benar-benar mengenal pasangan sebelum memutuskan utuk menikah dengannya. Karena setiap kekurangan dan kelebihannya harus diterima, begitu juga dengan keluarganya. Kita menikah dengan pasangan berarti kita juga harus menikah dengan keluarganya, dan juga harus menikahkan keluarga kita dengan keluarga pasangan.

Ingin menikah dengan lelaki/wanita yang baik? Anda yakin dengan kata-kata tak tampak yang mengiringi kata ‘baik’ ini? Ini mungkin berarti dia baik kepada semua orang lain, hati-hati jika anda tidak dianggap orang lain. Karena anda berarti dianggap bagian dari timnya dalam pelayanan yang dilakukannya pada orang lain, bisa juga berarti anda harus berbagi kebaikan dan waktu pasangan dengan seisi dunia. Faktanya segala sifat dan karakter yang kita inginkan dari pasangan memiliki konsekuensi yang harus dihadapi.
Menginginkan pasangan yang cinta dan peduli pada keluarga? Family oriented? Yakinkan anda mengerti apa yang dimaksud dengan ‘keluarga’ di sini. Keluarga ini tidak hanya berarti istri/suami dan anak-anaknya, tapi juga berarti orang tua dan saudara-saudaranya, atau teman-teman dan komunitasnya, maupun apapun yang dia anggap sebagai keluarga. Lagi-lagi yakinkan bahwa anda siap berbagi dengan semua ‘keluarga’nya, ok? Make it simple guys, kompromikan dan buat semua seimbang.

Pernah dengar ‘menikah untuk menyempurnakan agama’? Dalam keyakinan saya demikian, meski mungkin redaksi saya tidak tepat. Tapi guys jangan salah mengartikannya, ini bukan berarti dua pribadi yang tidak utuh menjadi satu. Tapi lebih pada dua pribadi yang utuh bergabung menjadi satu kesatuan. Layaknya tim yang solid, karena harapan setiap rumah tangga tentunya dari dua orang ini akan berkembang menjadi jumlah yang lebih besar lagi kan? Dengan bertambahnya jumlah anak-anak juga cucu kelak. Dan tentu bangunan yang diharapkan terus berkembang ini akan lebih kokoh berdiri jikalau fondasinya sudah kokoh.
Kehidupan rumah tangga tak ubahnya seperti pohon yang akan terus diterpa angin, konflik dengan pasangan maupun dengan lingkungan seperti tak habis-habisnya. Tapi inilah yang membuat rumah tangga menjadi kokoh, jika mampu mengelola dengan baik. Ada anggapan bahawa jika yang satu jadi api maka yang lain harus bersikap menjadi tanah agar api tidak semakin membesar, tapi ini bukan berarti kita harus menghadapi konflik menjadi penurut yang pada akhirnya mangikis kebutuhan atau mengorbankan kepentingan kita sebagai pribadi. Atau malah dalam upaya menghindari konflik. Setiap pasangan pasti punya cara yang berbeda dalam menghadapi konflik mereka, di sini lah letak perlunya saling mengenal. Dan pastinya harus menanggalkan kaca mata merah jambu yang diliputi sensasi jatuh cinta, karena kadang kala menjadikan sang pemakai kaca mata kurang logis dan realistis. Saat semua indah, nice, kotoran kambing pun berasa coklat, dunia milik berdua dan yang lain ngontrak… hehehe ;).

Tidak ingin menakut-nakuti, cuma shocking terapi mungkin. Intinya dengan berbekal beberapa realita ini anda semua bisa menyongsong pernikahan dengan lebih sadar serta siap, dan pernikahan anda bukan hanya fantasi layaknya cerita dongeng sebelum tidur. Kehidupan pernikahan itu indah guys, penuh warna. Tidak hanya hitam putih atau pink. Benar kan? Bagaimana dengan hari-hari indah pernikahan anda?

Disarikan dari berbagai sumber.
Terinspirasi dari buku Dr. Robin L. Smith  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar